Dalam hal kepemimpinan pendidikan, Ki Hadjar
Dewantara mengajukan filosofi Pratap Triloka atau tiga peran yang dirumuskan
dalam frasa bahasa Jawa: ‘Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut
wuri handayani”. Artinya, apabila di depan memberi teladan, di tengah memberi
inspirasi dan di belakang memberi dorongan. Ketiga peran tersebut harus
dilaksanakan secara seksama, baik bergantian maupun serentak dengan peran guru
sebagai pemimpin pembelajaran yang akan mengambil keputusan yang berdampak pada
murid maupun tujuan dari pendidikan seutuhnya.
Nilai dan peran yang sudah tertanam pada guru
sangat mempengaruhi cara berpikir atau prinsip yang digunakan dalam mengambil
suatu keputusan. Nilai-nilai yang diharapkan pada guru seperti mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid dapat membantu guru mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Guru secara mandiri maupun kolaboratif
dapat mengembangkan dirinya dengan penuh kesadaran dan kemauan diri dengan
mereflektifkan setiap kegiatan atau praktik yang dilakukan dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajarannya. Guru senangtiasa memiliki ide-ide baru
berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang di aktualisasikan dalam
perilaku pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang tentunya
berpihak pada murid. Cara guru mengambil keputusan mencerminkan budaya positif
yang sudah tertanam pada kelas atau sekolah tersebut. Guru sebagai sosok
teladan yang dapat memberi inspirasi maupun motivasi bagi murid maupun pemangku
kepentingan lainnya untuk mengambil suatu keputusan terhadap dilema etika yang mereka
alami di kelas, sekolah maupun lingkungan sekitarnya.
Keterampilan coaching sangat berguna maka
seorang guru dalam mengeksplorasi dan menumbuhkan potensi-potensi pada murid,
rekan guru dan orang lain. Tahapan pada coaching membantu seseorang
untuk dapat menganalisis masalah atau potensi yang mereka miliki kemudian dapat
mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab diakhir sebuah coaching.
Keputusan yang diambil tentunya diperoleh berdasarkan pertimbangan dari
keberhasilan, hambatan dan rencana yang akan dihadapi oleh seorang coachee. Kelihaian
seorang coach dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif dan umpan
balik positif kepada coachee, dapat membantu seorang coachee dalam
mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab.Keterampilan coaching
membekali seorang guru menjadi pembelajar dan menjadi coach bagi dirinya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan melihat berbagai opsi untuk solusi
sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.
Dalam pembahasan berbagai
studi kasus tentunya seorang pendidik seringkali dihadapkan dalam dilema moral
dan etika. Jika seorang guru yang memiliki nilai mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid, maka sangat mudah bagi guru
dalam mengambil keputusan yang tepat. Kemampuan membedakan antara dilema etika
dengan sebuah bujukan moral dan berkonflik dengan nilai-nilai kebajikan
universal yang sama-sama benar. Guru yang memiliki nilai tersebut tentunya
memiliki paradigma dan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang tepat melalui
9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Guru mampu beradaptasi dengan
perkembangan zaman dalam mengambil keputusan yang sesuai kondisi dan waktu
dilema etika itu terjadi.
Pengambilan keputusan yang tepat sebagai
pemimpin pembelajaran tentunya akan berdampak terciptanya lingkungan belajar
yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan seorang guru dalam
menghadirkan pembelajaran yang berdiferensiasi berdasarkan minat, bakat, gaya
belajar dan profil murid dapat menjadikan belajar lebih merdeka dengan
kesadaran penuh melalui pendekatan sosial emosional. Keputusan tersebut dapat
memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid, lingkungan belajar akan
menjadi positif dan menyenangkan karena murid dan guru memiliki kesadaran penuh
dalam mencapai tujuan belajar yang lebih bermakna. Seorang guru harus memiliki
penegtahuan dan keterampilan dalam mengambil keputusan dari berbagai paradigma
dan cara berpikir yang tepat.
Dalam penerapan pengetahuan
dan keterampilan mulai dari paradigma, prinsip-prinsip dan sembilan langkah dalam
pengujian dan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika tentunya akan
mengalami kesulitan-kesulitan jika para pemangku kepentingan di lingkungan sekolah
tersebut masih memiliki mindset tertutup terhadap perubahan, mengutamakan kepentingan
diri sendiri dan acuh tak acuh terhadap dilema etika yang terjadi di kelas atau
sekolah. Kesulitan ini kembali pada masalah perubahan paradigma dari para
pemangku kepentingan untuk lebih peka dan terampil dalam mengambil suatu
keputusan yang tepat.
Pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran memberi pengaruh yang besar dalam memerdekakan
murid-murid dalam memaksimalkan potensinya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus
memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan
atau mengelola muridnya agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Keputusan guru untuk mengarahkan pembelajaran yang berpihak pada murid
dapat memberi kesempatan kepada murid untuk belajar sesuai dengan bakat, minat
dan profil belajar murid.
Seorang pemimpin
pembelajaran dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya.
Penting untuk disadari bahwa guru adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan
profil pelajar Pancasila. Kita seyogyanya memiliki kompetensi dalam mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tentunya memerlukan keberanian,
percaya diri, keterampilan dan pengetahuan lainnya seperti filosofi Ki Hajar
Dewantara, nilai dan peran guru, budaya positif, pembelajaran yang berpihak
pada murid, kesadaran penuh, keterampilan sosial emosional, komunikasi efektif,
keterampilan coaching dan
keterampilan lainnya yang mendukung Langkah-langkah dalam pengujian dan
pengambilan keputusan yang tepat.
New Normal merupakan tatanan atau kebiasaan baru yang
dilakukan demi menjaga produktivitas di masa Pandemi Covid-19 ini. Pandemi
Covid-19 menyadarkan kita betapa pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan.
Dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kita sudah bisa
melindungi diri kita dan orang lain dari paparan virus corona. PHBS penting
sekali untuk dilakukan setiap orang, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa,
hingga orang tua. PHBS di sekolah juga sangat penting dilakukan pada masa new
normal ini, mengingat kegiatan belajar mengajar di sekolah sudah mulai
dilaksanakan di beberapa daerah. Seluruh masyarakat sekolah diharapkan dapat
menerapkan PHBS demi kesehatan dan keselamatan bersama dan dapat menciptakan lingkungan
yang bersih dan sehat. Dengan begitu, proses belajar mengajar akan berjalan
lancar, sedangkan kesehatan guru, murid, maupun masyarakat di sekitar juga
tidak terganggu.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk
menilai PHBS di sekolah yaitu: membuang sampah pada tempatnya, mencuci tangan
dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, jangan jajan sembarangan,
olahraga yang teratur dan terukur, tidak merokok di area sekolah, memberantas
jentik nyamuk satu minggu sekali, Buang air kecil dan buang air besar di jamban
yang bersih dan sehat serta menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap 6 bulan sekali. Dalam pelaksanaannya, PHBS di lingkungan sekolah
seharusnya tidak berdiri sendiri tetapi berintegrasi dengan masukan pengajaran
dari instasi kesehatan setempat dan peran pengajaran dari lingkungan sekolah
masing-masing. Para murid seharusnya dikenalkan dalam proses pembelajaran dan
penerapan PHBS di lingkungan sekolah, karena sekolah sebagai salah satu sasaran
PHBS di tatanan institusi pendidikan perlu mendapatkan perhatian mengingat usia
sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan munculnya berbagai penyakit yang
sering menyerang anak usia sekolah misalnya diare, kecacingan sakit kepala,
deman, typus, DBD, maag dan anemia.
Pemerintah pusat memberikan kewenangan penuh kepada
pemerintah daerah untuk kembali membuka sekolah dan melakukan proses
pembelajaran tatap muka pada tahun 2021 nanti. Upaya yang di lakukan oleh
daerah tentunya harus memperhatikan kesiapan sekolah untuk menerapkan protokol
kesehatan secara ketat. Pada dasarnya persiapan dilakukan harus dimulai dari
sekolah sendiri dalam menciptakan budaya positif yang menjadi nilai dan dapat
berlangsung lama dalam kehidupan di sekolah. Berdasarkan masalah tersebut CGP
menginisiasi perlu diadakannya sosialisasi dan pola pembiasaan hidup bersih dan
sehat dalam menjalankan protokol kesehatan sebagai persiapan di masa new
normal. Adapun tujuan
dari tindakan dari sosialisasi budaya hidup bersih dan sehat ini sebagai
berikut :
1.Menyiapkan
murid, guru dan warga sekolah agar dapat menjalankan kebiasaan baru di masa new
normal melalui budaya hidup bersih dan sehat.
2.Meningkatkan
peran serta aktif setiap murid, guru, dan warga sekolah dalam menjaga pola
hidup bersih dan sehat di masa new normal.
B.Deskripsi Tindakan
Dari latar
belakang di atas, maka perlu dilakukan sebuah tindakan aksi nyata berupa penerapan
budaya pola hidup bersih dan sehat pada masa persiapan new normal sebagai berikut :
·CGP berkoordinasi dengan kepala sekolah, rekan guru dan
warga sekolah lainnya tentang rencana kegiatan sosialisasi penerapan budaya
positif di sekolah yaitu budaya pola hidup bersih dan sehat dalam persiapan
kebiasaan baru pada masa new normal.
·Mengecek kembali dan mempersiapkan kebutuhan dalam kegiatan
sosialisasi dan penerapan pola hidup bersih dan sehat untuk persiapan new
normal termasuk video atau poster himbauan hidup bersih dan sehat di masa new
normal.
·Mengatur jadwal
kegiatan sosialisasi dan teknis kegiatan.
Adapun jadwal kegiatan dilakukan pada hari senin tanggal 28
Desember 2020 dan dilakukan secara daring melalui media sosial seperti whatapps
group kelas dan sekolah. Selain itu
juga melalui group facebook.
·Melaksanakan sosialisasi pola hidup bersih dan sehat masa persiapan
new normal.
Melalui sosial media whatapps dan facebook, CGP mengawali dengan
pembukaan dengan sedikit pengantar tentang alasan mengapa sosialisasi PHBS
persiapan masa new normal ini dilakukan secara daring. Lalu CGP menyampaikan
tujuan dari kegiatan ini dan menampilkan video sosialisasi PHBS yang sebelumnya
telah dibuat dan diupload pada channel youtube CGP sendiri.
·Refleksi kegiatan untuk perbaikan ke tahap selanjutnya.
Pada kegiatan ini CGP mengevaluasi dan merefleksikan hal yang
sudah dianggap berhasil dan hal yang menjadi kegagalan yang akan diperbaiki
pada kegiatan atau tahap selanjutnya karena penerpan budaya positif memerlukan
waktu yang lama dalam implementasinya.
C.Hasil Aksi Nyata
Setelah
melakukan koordinasi tentang rencana tindakan aksi nyata ini, ternyata kepala
sekolah sangat mendukung dan bersedia memfasilitasi jalannya tindakan ini.
Persiapan sarana dan prasarana pendukung dari pola hidup bersih dan sehat pun
sudah tersedia sebelumnya namun sosialisasi dan implementasinya masih belum
sempat terlaksana akibat semakin meningkatnya wabah virus corona di kabupaten
Bone yang dulu masuk zona kuning dan sekarang berubah menjadi zona merah.
Menyadari kondisi seperti ini, kami pun tidak serta merta memaksakan kegiatan
ini berjalan sesuai dengan rencana awal sebelumnya yaitu sosialisasi secara
tatap muka dengan murid, guru dan warga sekolah.
Pada
pelaksanaan sosialisasi secara daring, kegiatan dilakukan secara serentak
kepada murid, guru dan warga sekolah lainnya melalui whatapps group
sekolah, kelas dan media sosial lainnya seperti group facebook. CGP juga
membagikan poster-poster yang berkaitan dengan PHBS di masa persiapan new
normal dari berbagai sumber seperti laman istagram kemdikbud, gtk dikdas dan
lainnya. Setelah pelaksanaan sosialisasi budaya pola hidup bersih dan sehat
secara daring, murid, guru dan warga sekolah sudah mulai antusias dengan
penerapannya ketika sekolah sudah di buka kembali. Dalam pelaksanaan
sosialisasi ini diakhir sesi, penulis memberikan pertanyaan kepada murid
tentang budaya apa yang dapt diterapkan setelah melihat video sosialisasi dan
poster-poster PHBS tersebut. Hasilnya ternyata beberapa murid memahami
bagaimana cara cuci tangan yang benar, dan tetap menjaga protokol kesehatan ketika
nanti masuk di sekolah. Adapun hasil dari aksi nyata dari sosialisasi ini
sebagai berikut:
1.Murid yang sebelumnya
tidak memiliki pengetahuan tentang PHBS masa persiapan new normal setelah
pelaksanaan program memiliki tambahan pengetahuan. Hal ini dapat ditunjukkan
dari hasil wawancara pesan kesan saat acara terakhir program bahwa sebagian
besar murid senang belajar PHBS dan menambah pengetahuan tantang kesehatan
khususnya mengetahui makna dan indikator PHBS di lingkungan sekolah.
2.Sekolah yang sebelumnya
tidak memiliki metode dan media pengajaran PHBS setelah pelaksanaan sosialisasi
memiliki metode belajar PHBS dengan media visual dan video sosialisasi PHBS
3.Sekolah yang sebelumnya kurang
memiliki fasilitas penunjang PHBS setelah pelaksanaan sosialisasi memiliki
fasilitas pendukung untuk penerapan PHBS di lingkungan sekolah, diantarannya: kran
air setiap kelas, sabun cuci tangan, lap tangan/tissue kering, termogun, tempat
sampah, hand sanitiezer, penyemprot disinfektan dan poster kesehatan.
D.Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan
Kegagalan :
1.Proses
sosialisasi melalui daring sangat terbatas untuk diikuti oleh semua murid dan
warga sekolah yang mempunyai kendala pada sarana prasarana penunjang.
2.Belum
semua warga sekolah mau berperan serta dan membiasakan PHBS.
3.Rangkaian
kegiatan dalam menjadi PHBS sebagai budaya positif di sekolah memerlukan waktu
yang lama dalam pelaksanaan dan pembiasaannya sehingga penulis hanya dapat
merefleksi perkembangan budaya PHBS ini dalam waktu yang singkat sehingga
gambaran disiplin positifnya belum seutuhnya tergambar.
Keberhasilan :
1.Sebagian
warga sekolah sudah menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
maupun dirumah.
2.Semakin
meningkatnya pengetahuan warga sekolah tentang pola hidup bersih dan sehat pada
masa new normal.
3.Pembelajaran
dapat berjalan aman, nyaman dan menyenangkan.
4.Murid
dan guru rajin cuci tangan dan memakai masker.
5.Lingkungan
sekolah jadi sehat dan bersih.
6.Pencegahan
munculnya penyakit dan wabah virus semakin baik.
E.Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
1.Meningkatkan
.sosialisasi dan peran serta warga sekolah dalam kegiatan PHBS
2.Bekerja
sama dengan pihak tenaga kesehatan dari Puskesmas terdekat.
3.Perencanaan
pelaksanaan dan manajemen waktu harus dipersiapkan secara matang.
4.Pelaksanaan
PHBS dapat dilakukan secara berkala dalam waktu yang lama secara konsisten
misalnya setiap awal tahun pelajaran atau awal semester.
5.Melaksanakan
simulasi tata cara menjaga protokol kesehatan pada saat awal sekolah dibuka
kembali.
F.Kesimpulan
Setelah
melakukan tindakan aksi nyata dengan segala kelebihan dana kekurangannya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.Pelaksanaan
PHBS di masa new normal memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi sebagai
budaya positif di sekolah.
2.Dibutuhkan
pembiasaan dan konsistensi dari setiap warga sekolah untuk dapat
mengimplementasikannya di lingkungan sekolah, rumah maupun lingkungan
masyarakat.
3.Pembiasaan
budaya hidup bersih dan sehat dapat menurunkan tingkat penularan penyakit dan
virus covid-19.
G.Dokumentasi Proses Dan Hasil Pelaksanaan
1. Screenshot pelaksanaan sosialisasiPHBS
persiapan masa new normal melalui WA group kelas dan Sekolah.
2. Screenshot pelaksanaan
sosialisasiPHBS persiapan masa new normal melalui group facebook sekolah.
3. Video
Sosialisasi Budaya Pola Hidup Bersi dan Sehat persiapan pada masa new normal.
Penialaian akhir semester (PAS) merupakan kegiatan rutin di setiap
akhir semester ganjil yang bertujuan untuk mengukur dan menilai kompetensi murid,
sehingga murid dapat melanjutkan pembelajaran ketingkat lebih tinggi atau semester
berikutnya. Penilaian akhir semester adalah suatu bentuk evaluasi yang
dilakukan oleh murid untuk mengetahui pencapaian kompetensi diakhir satuan
pendidikan. Tujuan diadakannya penilaian akhir semester ialah sebagai bentuk
evaluasi atau tes yang mengukur pencapaian hasil kompetensi belajar siswa yang
diajarkan oleh guru atau pendidik selama satu semester. Selain itu, penilaian
akhir semester juga bisa untuk memantau kemajuan belajar murid selama proses
belajar berlangsung, untuk memberikan umpan balik (feed back) guna
penyempurnaan program pembelajaran.
Pelaksanaan penilaian akhir semester akan segera dimulai,
persiapan hingga masalah teknis pelaksanaan akan dibahas dalam rapat dewan
guru. Guru pun diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu seperti kisi-kisi
soal. Kebiasaan dalam membuat kisi-kisi dan soal penilaian cenderung ditentukan
oleh guru tanpa melibatkan murid dalam penyusunannya sehingga terkadang murid
merasa terbebani dengan bentuk soal yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Dengan
melibatkan murid dalam penentuan bentuk soal harapannya murid lebih
bertanggungjawab dalam proses pelaksanaannya.
Masa pandemi sekarang ini, pelaksanaan penilaian akhir semester
tentunya sangat berbeda dengan pelaksanaan penilaian pada tahun yang lalu.
Beberapa hal yang telah dilewati dalam masa pandemi ini mengajarkan kita untuk
mencari cara terbaik dalam pelaksanaannya. Sekolah dalam hal ini berusaha
mencari solusi agar pelaksanaan penilaian dapat berjalan lancar sesuai kondisi
sekolah, murid dan sumber daya yang dimiliki. SMP Negeri 1 Palakka merupakan
sekolah yang mempunyai potensi positif dalam pelaksanaan penilaian antara lain
pembuatan kisi-kisi soal menggunakan aplikasi sederhana sehingga membantu guru
untuk membuatnya secara cepat, Kerjasama antar warga sekolah dalam kepanitian
sangat baik, dan sekolah di dukung oleh fasilitas penggandaan soal berupa mesin
fotocopy yang berada dekat dengan lingkungan sekolah dan milik dari seorang
guru yang ada disekolah ini. Setelah melakukan observasi terhadap kemampuan
murid dalam menerapkan penilaian secara daring ternyata telah ditemukan kendala
dimana 45 % murid belum memiliki fasilitas komunikasi pendukung secara daring
misalnya handphone, kuota internet dan kekuatan sinyal internet yang kurang
didaerah tempat tinggalnya.
Tujuan dari tindakan ini adalah murid akan merasa lebih siap
melaksanakan penilaian akhir semester dengan penuh tanggung jawab karena mereka
sendiri yang menentukan bentuk soal, teknis pelaksanaannya dan proses
pengawasannya. Dengan melibatkan murid dan orang tua dalam proses penilaian
tersebut. Guru akan lebih berperan sebagai fasilitator dan mampu melatih
kompetensinya dalam membuat bentuk soal yang didambakan oleh murid.
A.Deskripsi Tindakan
Dari latar
belakang di atas, maka perlu dilakukan sebuah tindakan aksi nyata berupa
manajemen perubahan melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) melalui BAGJA sebagai berikut :
1.Buat Pertanyaan Utama :
·Bekerja sama dengan guru, tenaga
kependidikan, murid dan orang tua dalam melaksanakan PAS yang berpihak pada
murid.
·Memberikan pemahaman tentang pentingnya
melibatkan murid dan orang tua dalam pelaksanaan PAS.
2.Ambil Pelajaran:
·Mengidentifikasi hal positif dari
pelaksanaan PAS selama ini.
·Mengkaji peran masing-masing para pemangku
kepentingan yang terlibat.
3.Gali Mimpi:
·Mencatat perubahan yang diinginkan pada
pelaksanaan PAS yang berpihak pada murid.
·Memikirkan upaya agar para pelaku yang
terlibat memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan PAS
4.Jabarkan Rencana:
·Membuat polling tentang bentuk soal dan
teknis pelaksanaan penilaian
·Melakukan voting melalui polling yang telah
dibuat menggunakan media sosial.
·Menyimpulkan hasil polling berdasarkan
pilihan suara terbanyak.
·Membuat kisi-kisi soal berdasarkan hasil
polling dan mengumpulkan kepada panitia penggandaan soal.
·Sosialisasi kepada orang tua tentang
jadwal, teknis pelaksanaan dan perannya melalui media sosial.
·Pelaksanaan penilaian berdasarkan jadwal,
peran dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan.
·Hasil pekerjaan murid di kumpulkan kembali
ke sekolah dengan pendampingan orang tua.
·Guru melibatkan murid dalam melakukan
pemeriksaan hasil penilaian secara luring.
5.Atur Eksekusi:
·Mengusulkan dalam rapat persiapan PAS
tentang perubahan dan peran serta murid dan orang tua dalam PAS yang berpihak
pada murid.
·Melakukan refleksi dan evaluasi kegiatan
PAS yang berpihak pada murid.
B.Hasil Aksi Nyata
Setelah
melakukan tindakan melalui pendekatan inkuiri apreasiatif dengan BAGJA maka
dapat dilihat perubahan dari sikap murid dan orang tua dalam pelaksanaan
penilaian akhir semester. Terjadi peningkatan peran serta murid dan orang tua
dalam pelaksanaannya berupa penentuan bentuk soal oleh murid dan pengawasan
penilaian di rumah yang dibantu oleh orang tua masing-masing. Adapun
pelaksanaan penilaian akhir semester ganjil ini diputuskan dalam rapat dewan
guru melalui moda luring dimana orang tua dan murid mengambil soal yang telah
dibuat oleh guru dan digandakan oleh panitia PAS. Perubahan metode PAS ini
sangatlah efektif sesuai kondisi dan potensi positif yang sudah dimiliki oleh
sekolah.
Guru yang
dulunya paling dominan dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan penilaian
akhir semester mulai mengalami perubahan menjadi fasilitator dalam persiapan
dan pelaksanaannya. Melalui perubahan ini, murid dan orang tua merasa menjadi
bagian dari tanggungjawab pendidikan yang selama ini hanya dibebankan pada
sekolah saja. Proses penentuan bentuk soal juga melatih kompetensi murid dalam
berkolaborasi dengan guru dan temannya dalam mengambil keputusan secara musyawarah.
Murid yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan ini merasa senang karena
mereka terlibat langsung dan mampu bertanggungjawab dengan keputusan yang
mereka ambil. Perubahan ini juga membuat guru tertantang dalam meningkatkan
kompetensinya dalam pembuatan kisi-kisi soal dalam berbagai bentuk. Guru akan
sadar bagaimana seharusnya penilaian ini didasarkan atas potensi yang dimiliki
oleh murid.
Perubahan
tidak hanya terjadi pada persiapan dan pelaksanaan penilaian akhir semester,
berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang murid mereka juga merasa
senang Ketika mereka dilibatkan dalam kegiatan pemeriksaan hasil penilaian yang
mereka kerjakan. Adapun sample yang penulis temukan ketika murid melakukan
pemeriksaandengan teman sejawat
ternyata mereka dapat Kembali merefleksikan jawaban mereka secara klasikal,
mampu mempertimbangkan setiap jawaban yang dianggap perlu diperbaiki dan
melatih kejujuran mereka dalam menilai pekerjaan temannya. Kegiatan seperti ini
juga membantu guru dalam melakukan pemeriksaan sekaligus proses evaluasi dari
hasil belajar murid dalam satu semester yang berlalu.
C.Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan
Kegagalan :
1.Proses
polling suara dalam menentukan bentuk soal dan moda pelaksanaan belum maksimal
diikuti oleh seluruh murid karena Sebagian murid terkendala oleh jaringan dan
kuota internet. .
2.Belum
semua guru mau terlibat dan mengikuti perubahan penilaian akhir semester yang
berpihak kepada murid.
3.Waktu
persiapan yang sedikit sehingga proses sosialisasi masih kurang bagi murid,
guru dan orang tua.
Keberhasilan :
1.Murid
merasa senang karena terlibat dalam mengambil keputusan dan pemeriksaan hasil
penilaian.
2.Peran
serta orang tua semakin meningkat dalam kegiatan program sekolah.
3.Murid
mulai percaya diri dan bertanggungjawab menyelesaikan penilaian akhir semester
tepat waktu.
4.Meningkatkan
kompetensi guru dalam menyusun dan membuat soal yang bervariasi.
5.Melatih
kejujuran dan kemampuan kolaborasi murid dan guru dalam penilaian.
6.Tugas
guru sangat terbantu dalam pelaksanaan, pemeriksaan dan evaluasi hasil belajar murid.
7.Murid
merasa bahagia dalam pelaksanaan penilaian.
D.Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
1.Guru
harus meningkatkan kemampuan mereka dalam membuat dan menyusun soal yang
bervariasi.
2.Sebaiknya
setiap guru memiliki bank soal yang berisi soal-soal yang bervariasi.
3.Perencanaan
pelaksanaan dan manajemen waktu harus dipersiapkan secara matang.
4.Tindakan
ini sebaiknya melibatkan warga sekolah lainnya agar proses ini dapat berjalan efektif
dan efisien
E.Kesimpulan
Manajemen perubahan
melalui pendekatan inkuiri apreasiatif (IA) dengan model BAGJA, proses
pelaksanaan penilaian akhir semester ganjil yang berpihak pada murid dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.Penilaian
akhir semester yang berpihak pada murid mengakibatkan murid merasa senang dan
lebih bertanggungjawab dalam mengikutinya serta melatih kejujuran dan kemampuan
kolaborasi mereka dengan guru.
2.Peran
serta orang tua dalam program sekolah semakin meningkat dimana orang tua
membantu peran guru dalam mengawasi murid dalam mengerjakan soal penilaian
akhir semester.
3.Masalah
keterbatasan murid dalam penilaian moda daring bisa teratasi secara baik.
4.Guru
dan murid dapat mengevaluasi diri dalam kegiatan penilaian ini.
F.Dokumentasi Proses Dan Hasil Pelaksanaan
1.Pemetaan potensi
positif dan peran pemangku kepentingan dalam penilaian akhir semester yang berpihak
pada murid.
Unsur
Pemangku Kepentingan
Peran
Potensi Positif
Tenaga Kependidikan
Kepala sekolah
Penentu Kebijakan
·Memiliki sikap menerima perubahan dari
pihak manapun yang sifatnya membangun.
Bendahara BOS
Mengatur biaya kegiatan
·Berpengalaman dalam mengolah keuangan sekolah.
·Mindset yang berpihak pada murid.
Wakasek kurikulum
Menginisiasi rapat persiapan PAS
·Pengalaman dalam mengolah administrasi standar
penilaian.
Staff TU
Panitia dan pendukung kegiatan
·Bertanggung jawab dalam tugas kepanitiaan.
·Mampu bekerjasama dengan baik.
Pendidik
Guru
1.Fasilitator dalam melibatkan
murid dan orang tua
2.Penyusun kisis-kisi soal
3.Fasiltator pemeriksaan
hasil PAS
·Berpengalaman dalam menyusun soal HOTS.
·Mampu membuat kisi-kisi soal
menggunakan aplikasi sederhana yang telah dibuat oleh tim pengembang TIK.
Murid
Murid kelas 7 & 8
1.Memberikan
masukan dalam pelaksanaan PAS
2.Melaksanakan
tanggung jawab sebagai murid dalam mengikuti setiap kegiatan PAS.
·Motivasi untuk terlibat dalam perubahan
·Memiliki minat yang berbeda tentang PAS.
Orang Tua
Orang tua/ wali murid
1.Membantu dan mengantar murid mengambil
soal di sekolah
2.Sebagai pengawas saat murid ujian di rumah
·Kemauan untuk terlibat dalam kegiatan
sekolah.
·Tingkat kesadaran akan pendidikan anak.
1.Screenshot pelaksanaan
Polling dan Voting melalui WA group
3.Foto saat
proses pelaksanaan penilaian akhir semester yang melibatkan orang tua sebagai
pengawas.
4.Foto saat
proses pemeriksaan yang dilakukan secara kolaborasi antara guru dan murid