Sabtu, 10 April 2021

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.8)


Dalam hal kepemimpinan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara mengajukan filosofi Pratap Triloka atau tiga peran yang dirumuskan dalam frasa bahasa Jawa: ‘Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Artinya, apabila di depan memberi teladan, di tengah memberi inspirasi dan di belakang memberi dorongan. Ketiga peran tersebut harus dilaksanakan secara seksama, baik bergantian maupun serentak dengan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran yang akan mengambil keputusan yang berdampak pada murid maupun tujuan dari pendidikan seutuhnya.

Nilai dan peran yang sudah tertanam pada guru sangat mempengaruhi cara berpikir atau prinsip yang digunakan dalam mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai yang diharapkan pada guru seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid dapat membantu guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Guru secara mandiri maupun kolaboratif dapat mengembangkan dirinya dengan penuh kesadaran dan kemauan diri dengan mereflektifkan setiap kegiatan atau praktik yang dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajarannya. Guru senangtiasa memiliki ide-ide baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang di aktualisasikan dalam perilaku pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang tentunya berpihak pada murid. Cara guru mengambil keputusan mencerminkan budaya positif yang sudah tertanam pada kelas atau sekolah tersebut. Guru sebagai sosok teladan yang dapat memberi inspirasi maupun motivasi bagi murid maupun pemangku kepentingan lainnya untuk mengambil suatu keputusan terhadap dilema etika yang mereka alami di kelas, sekolah maupun lingkungan sekitarnya.

Keterampilan coaching sangat berguna maka seorang guru dalam mengeksplorasi dan menumbuhkan potensi-potensi pada murid, rekan guru dan orang lain. Tahapan pada coaching membantu seseorang untuk dapat menganalisis masalah atau potensi yang mereka miliki kemudian dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab diakhir sebuah coaching. Keputusan yang diambil tentunya diperoleh berdasarkan pertimbangan dari keberhasilan, hambatan dan rencana yang akan dihadapi oleh seorang coachee. Kelihaian seorang coach dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif dan umpan balik positif kepada coachee, dapat membantu seorang coachee dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab.Keterampilan coaching membekali seorang guru menjadi pembelajar dan menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan melihat berbagai opsi untuk solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.

Dalam pembahasan berbagai studi kasus tentunya seorang pendidik seringkali dihadapkan dalam dilema moral dan etika. Jika seorang guru yang memiliki nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid, maka sangat mudah bagi guru dalam mengambil keputusan yang tepat. Kemampuan membedakan antara dilema etika dengan sebuah bujukan moral dan berkonflik dengan nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Guru yang memiliki nilai tersebut tentunya memiliki paradigma dan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang tepat melalui 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Guru mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dalam mengambil keputusan yang sesuai kondisi dan waktu dilema etika itu terjadi.

Pengambilan keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran tentunya akan berdampak terciptanya lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan seorang guru dalam menghadirkan pembelajaran yang berdiferensiasi berdasarkan minat, bakat, gaya belajar dan profil murid dapat menjadikan belajar lebih merdeka dengan kesadaran penuh melalui pendekatan sosial emosional. Keputusan tersebut dapat memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid, lingkungan belajar akan menjadi positif dan menyenangkan karena murid dan guru memiliki kesadaran penuh dalam mencapai tujuan belajar yang lebih bermakna. Seorang guru harus memiliki penegtahuan dan keterampilan dalam mengambil keputusan dari berbagai paradigma dan cara berpikir yang tepat.

Dalam penerapan pengetahuan dan keterampilan mulai dari paradigma, prinsip-prinsip dan sembilan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika tentunya akan mengalami kesulitan-kesulitan jika para pemangku kepentingan di lingkungan sekolah tersebut masih memiliki mindset tertutup terhadap perubahan, mengutamakan kepentingan diri sendiri dan acuh tak acuh terhadap dilema etika yang terjadi di kelas atau sekolah. Kesulitan ini kembali pada masalah perubahan paradigma dari para pemangku kepentingan untuk lebih peka dan terampil dalam mengambil suatu keputusan yang tepat.

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran memberi pengaruh yang besar dalam memerdekakan murid-murid dalam memaksimalkan potensinya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan atau mengelola muridnya agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan pembelajaran. Keputusan guru untuk mengarahkan pembelajaran yang berpihak pada murid dapat memberi kesempatan kepada murid untuk belajar sesuai dengan bakat, minat dan profil belajar murid.

Seorang pemimpin pembelajaran dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Penting untuk disadari bahwa guru adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Kita seyogyanya memiliki kompetensi dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tentunya memerlukan keberanian, percaya diri, keterampilan dan pengetahuan lainnya seperti filosofi Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru, budaya positif, pembelajaran yang berpihak pada murid, kesadaran penuh, keterampilan sosial emosional, komunikasi efektif, keterampilan coaching  dan keterampilan lainnya yang mendukung Langkah-langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tepat.