A. Latar belakang
Pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh sejauh ini sudah memberikan dampak positif maupun
negatif bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, baik antara satuan
pendidikan, guru, murid, dan orang tua. Home visit perlu
dilakukan dalam rangka membantu menangani masalah murid walaupun tidak berlaku
untuk seluruh murid. Maksudnya, hanya murid tertentu yang menurut perkiraan
guru perlu dilakukan home visit, mengingat pemecahan masalah hanya dapat
diselesaikan bila ada kontak dengan orang tua atau diperkirakan masalahnya
bersumber dari lingkungan keluarga. Pertimbangan diperlukannya home visit,
sebagai berikut: (1) Jika permasalahan yang dihadapi murid ada hubungannya
dengan masalah keluarga; (2) Keluarga sebagai salah satu sumber data yang dapat
dipercaya tentang keadaan murid; (3) Dalam kegiatan bimbingan diperlukan kerjasama
antara guru dengan orang tua; (4) Faktor situasi keluarga memegang peranan
penting terhadap perkembangan dan kesejahteraan anak.
Motivasi
intrinsik dipacu berdasarkan kesenangan, minat, atau kenyamanan diri murid. Murid
yang berhasil memotivasi dirinya untuk nyaman dalam belajar merupakan tipe
karakteristik yang sulit ditemukan dalam sekolah. Murid dengan karakteristik
seperti ini merupakan murid dewasa yang sudah memahami pentingnya belajar dan
dapat membedakan dampak positif-negatif yang diterima dirinya dalam pergaulan
sosial. Murid dengan rasa keingintahuan yang besar inilah yang memiliki
motivasi intrinsik yang sangat kuat. Namun, motivasi intrinsik pada murid
bukanlah sesuatu yang natural atau bakat anak saja. Hal ini dapat ditumbuhkan
dalam diri murid.
Dampak
pembelajaran jarak jauh membuat beberapa guru mengeluhkan keaktifan belajar
murid yang semakin berkurang. Keadaan ini, membuat guru membuat persepsinya
sendiri kepada murid yang belum didasari oleh bukti dan penelusuran faktor
penyebabnya. Menyadari hal itu, perlu adanya tindakan nyata untuk mencari
penyebab masalah ini. Maka dari itu sebagai guru, penulis berinisiatif untuk
melakukan home visit dan memberikan motivasi dan memfasilitasi
komunikasi antara orang tua, murid dengan guru agar dapat berorientasi pada
murid.
Tindakan ini bertujuan untuk memfasilitasi dan membangun komunikasi antara orang tua dengan pihak warga sekolah terhadap masalah pembelajaran yang dihadapi oleh murid. Melalui Home Visit ini, murid diharapkan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Guru akan lebih menyadari pentingnya pembelajaran yang berorientasi pada murid melalui hasil Home Visit ini.
B.
Deskripsi Tindakan
Home
visit merupakan salah satu layanan pendukung dari kegiatan bimbingan dan
konseling yang dilakukan guru atau wali kelas dengan mengunjungi orang
tua/tempat tinggal murid. Kegiatan dalam kunjungan rumah dapat berbentuk
pengamatan dan wawancara, terutama tentang kondisi rumah tangga, fasilitas
belajar, dan hubungan antar anggota keluarga dalam kaitannya dengan
permasalahan murid. Masalah murid yang dibahas dapat berupa bidang bimbingan
pribadi, sosial, belajar, dan bidang bimbingan karir. Pelaksanaan home visit
memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang dari guru dan memerlukan kerja
sama yang baik dari orang tua serta atas persetujuan kepala sekolah.
Berdasarkan latar belakang dalam artikel ini terdapat beberapa Langkah tindakan yang ditempuh oleh guru sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasi murid yang mengalami masalah belajar. (kurang
aktif dalam PJJ)
2.
Menyusun rencana tindakan Home Visit.
3.
Merencanakan jadwal Tindakan Home Visit.
4.
Mengunjungi murid yang teridentifikasi.
5.
Wawancara dengan murid dan orang tua.
6.
Memberikan motivasi kepada murid.
7.
Mendokumentasi kegiatan Home Visit.
8.
Mengidentifikasi masalah yang ditemukan dan merumuskan solusi.
9.
Melaporkan kepada rekan guru sejawat dan atasan atas hasil Home
Visit.
10.
Mengevaluasi hasil tindakan untuk perbaikan selanjutnya.
C.
Hasil Aksi Nyata
Setelah
melakukan tindakan home visit melakukan tatap muka dengan murid dan orang
tuanya lalu melakukan wawancara, penulis menemukan beberapa faktor penyebab
murid yang teridentifikasi belum aktif dalam pembelajaran jarak jauh. Salah
satu faktor yang banyak dialami oleh murid dan orang tua adalah faktor sarana prasarana
dan rasa bosan dengan belajar daring. Faktor sarana prasarana yang dimaksud
disini yaitu mereka tidak memiliki handphone untuk menunjang kegiatan
pembelajaran daring sehingga merasa kebingungan, dan menanti pihak sekolah ikut
mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut.
Kendala
lainnya adalah guru dituntut aktif untuk memotivasi murid agar turut aktif
dalam PJJ. Konsep PJJ yang medianya adalah gawai dan harus tersambung dalam
jaringan, menjadi masalah yang kompleks dalam penerapannya. Kalangan murid di
sekolah yang tergolong menengah ke bawah, tidak semua memiliki telepon pintar.
Ada murid yang memiliki telepon pintar, tetapi ia tidak memiliki kuota. Ada murid
yang memiliki telepon pintar, tetapi digunakannya bersama dengan orang tua.
Bahkan ada murid yang tidak sama sekali tidak memiliki telepon pintar.
Bagi
seorang murid yang tidak punya kuota internet akan menjadi salah satu alasan
untuk ia tidak mengikuti PJJ. Ditambah lagi, apabila karakter murid itu dalam
pembelajaran yang normal, sering tidak masuk kelas dan tidak pernah mengikuti
pelajaran dengan baik. Bagi murid yang selalu punya antusias dalam belajar,
namun lemah dalam mata pelajaran tertentu, tentu ini menjadi masalah besar
untuk dirinya. Sebab mereka akan kesulitan mencerna materi secara mandiri,
tanpa ada penjelasan langsung dari gurunya.
Setelah
melakukan komunikasi efektif dengan murid dan orang tua terlihat secara jelas
bagaimana harapan mereka dengan kehadiran guru dirumah. Mereka awalnya merasa
kaget dan kemudian seketika berubah menjadi canda dengan penuh senyuman dari
wajah si murid dan orang tua. Selama melakukan komunikasi, penulis berusaha
terlebih dahulu mengenal potensi positif dari murid dan orang tua. Penulis
menanyakan hal-hal yang mereka lakukan selama dirumah. Mulai dari kebiasaan,
hobi dan rencana mereka ke depannya. Untuk persoalan ketertinggalan belajar mereka,
penulis membiarkan murid yang memilih apa yang harus mereka lakukan, bagaimana
mereka lakukan dan bagaimana cara mereka memperoleh sumber belajarnya. Penulis
juga membagikan cerita positif dengan siswa secara menyeluruh seperti cerita
pengalaman pribadi penulis yang sempat mengalami keterbatasan dalam pendidikan
namun semangat dan keyakinan yang kuat dari dalam diri penulis sehingga ingin
menjadi luar biasa.
Setiap murid yang penulis kunjungi,
masing-masing memiliki keunikannya tersendiri misalnya murid kelas 9 ini
memiliki kepribadian yang pendiam, santun dan mempunyai ketertarikan terhadap
mesin-mesin otomotif maupun pertanian. Murid kelas 8 yang penulis kunjungi
memiliki kebiasaan bermain dan membantu orang tuanya saat bekerja. Berbeda pula
dengan murid kelas kelas 7 yang satu lagi, selain bermain dia juga tertarik
melakukan pekerjaan orang dewasa disekitarnya serta punya kelebihan dalam
menggambar animasi dan memiliki kebutuhan khusus yang tidak semua guru tahu
bagaimana menghadapinya. Sadar akan
kelebihan mereka semua, penulis berusaha memberikan bimbingan dalam menumbuhkan
motivasi dari dalam diri mereka melalui setiap keunikan mereka dengan
menyampingkan hal negatif.
Penulis
mengajak mereka berkomunikasi tentang harapan dan impian mereka ke depannya.
Bercerita tentang cita-cita mereka, bagaimana cara menggapainya dan apa yang
harus mereka lakukan di saat sekarang ini. Hasilnya sangat luar biasa, penulis
merasakan hubungan kedekatan mereka yang ditandai dengan keterbukaan mereka
dalam mengungkapkan segala harapan dan pikirannya. Mereka mulai semangat
belajar dengan cara mereka sendiri dan berusaha untuk belajar mandiri dan sudah
mulai ikut belajar daring serta mengumpulkan tugas mereka. Mereka juga sudah
mulai merefleksikan dari proses belajarnya
yang dibuktikan dengan tulisan refleksi tentang apa yang telah mereka pelajari
secara mandiri.
D.
Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan
Kegagalan :
1. Ada beberapa
murid yang tidak berada di tempat tinggalnya pada waktu home visit .
2. Kurangnya
koordinasi guru dan wali kelas dalam mengidentifikasi murid yang belum aktif
belajar.
3. Penulis menghadapi kondisi murid yang berbeda-beda
sedangkan komunikasi masih terbatas dengan orang tua dan murid.
Keberhasilan
:
1. Murid yang
telah dikunjungi mengalami perubahan utamanya mereka sudah mulai ikut dalam
pembelajaran daring maupun belajar secara mandiri.
2. Keluarga
mulai menunjukkan peran sertanya dalam mendampingi anak dalam belajar.
3. Murid mulai
percaya diri dengan kelebihan mereka.
E.
Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
1. Guru
sebaiknya mengatur jadwal home visit dan melakukan komunikasi dengan keluarga
murid sehari sebelumnya.
2. Guru sebaiknya
membekali kemampuan komunikasi efektif dan positif.
3. Penumbuhan
motivasi instrinsik sebaiknya diberikan kepada murid pada awal semester secara
berkala.
4. Tindakan ini sebaiknya melibatkan warga sekolah lainnya agar proses ini dapat berjalan cepat dan merata.
F.
Kesimpulan
Melalui
tindakan Home visit dalam menumbuhkan motivasi instrinsik murid dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Setelah di
home visit terjadi perubahan dari murid dengan ditandai semangat belajar mereka
kembali pada pembelajaran daring dan secara mandiri.
2. Murid dan
orang tua mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan yang akan
datang.
3. Murid merasa
senang ketika gurunya datang menyapanya di rumah.
G.
Dokumentasi Proses Dan Hasil Pelaksanaan
1. Foto-foto pelaksanaan
Home Visit
2. Foto
penyampaian hasil home visit kepada guru