Rabu, 02 Desember 2020

Menumbuhkan Motivasi Instrinsik Murid Melalui Home Visit

 A.    Latar belakang

Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh sejauh ini sudah memberikan dampak positif maupun negatif bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, baik antara satuan pendidikan, guru, murid, dan orang tua. Home visit perlu dilakukan dalam rangka membantu menangani masalah murid walaupun tidak berlaku untuk seluruh murid. Maksudnya, hanya murid tertentu yang menurut perkiraan guru perlu dilakukan home visit, mengingat pemecahan masalah hanya dapat diselesaikan bila ada kontak dengan orang tua atau diperkirakan masalahnya bersumber dari lingkungan keluarga. Pertimbangan diperlukannya home visit, sebagai berikut: (1) Jika permasalahan yang dihadapi murid ada hubungannya dengan masalah keluarga; (2) Keluarga sebagai salah satu sumber data yang dapat dipercaya tentang keadaan murid; (3) Dalam kegiatan bimbingan diperlukan kerjasama antara guru dengan orang tua; (4) Faktor situasi keluarga memegang peranan penting terhadap perkembangan dan kesejahteraan anak.

Motivasi intrinsik dipacu berdasarkan kesenangan, minat, atau kenyamanan diri murid. Murid yang berhasil memotivasi dirinya untuk nyaman dalam belajar merupakan tipe karakteristik yang sulit ditemukan dalam sekolah. Murid dengan karakteristik seperti ini merupakan murid dewasa yang sudah memahami pentingnya belajar dan dapat membedakan dampak positif-negatif yang diterima dirinya dalam pergaulan sosial. Murid dengan rasa keingintahuan yang besar inilah yang memiliki motivasi intrinsik yang sangat kuat. Namun, motivasi intrinsik pada murid bukanlah sesuatu yang natural atau bakat anak saja. Hal ini dapat ditumbuhkan dalam diri murid.

Dampak pembelajaran jarak jauh membuat beberapa guru mengeluhkan keaktifan belajar murid yang semakin berkurang. Keadaan ini, membuat guru membuat persepsinya sendiri kepada murid yang belum didasari oleh bukti dan penelusuran faktor penyebabnya. Menyadari hal itu, perlu adanya tindakan nyata untuk mencari penyebab masalah ini. Maka dari itu sebagai guru, penulis berinisiatif untuk melakukan home visit dan memberikan motivasi dan memfasilitasi komunikasi antara orang tua, murid dengan guru agar dapat berorientasi pada murid.

Tindakan ini bertujuan untuk memfasilitasi dan membangun komunikasi antara orang tua dengan pihak warga sekolah terhadap masalah pembelajaran yang dihadapi oleh murid. Melalui Home Visit ini, murid diharapkan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Guru akan lebih  menyadari pentingnya pembelajaran yang berorientasi pada murid melalui hasil Home Visit ini.

B.    Deskripsi Tindakan

Home visit merupakan salah satu layanan pendukung dari kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan guru atau wali kelas dengan mengunjungi orang tua/tempat tinggal murid. Kegiatan dalam kunjungan rumah dapat berbentuk pengamatan dan wawancara, terutama tentang kondisi rumah tangga, fasilitas belajar, dan hubungan antar anggota keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan murid. Masalah murid yang dibahas dapat berupa bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan bidang bimbingan karir. Pelaksanaan home visit memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang dari guru dan memerlukan kerja sama yang baik dari orang tua serta atas persetujuan kepala sekolah.

    Berdasarkan latar belakang dalam artikel ini terdapat beberapa Langkah tindakan yang ditempuh oleh guru sebagai berikut :

     1.       Mengidentifikasi murid yang mengalami masalah belajar. (kurang aktif dalam PJJ)
2.       Menyusun rencana tindakan Home Visit.
3.       Merencanakan jadwal Tindakan Home Visit.
4.       Mengunjungi murid yang teridentifikasi.
5.       Wawancara dengan murid dan orang tua.
6.       Memberikan motivasi kepada murid.
7.       Mendokumentasi kegiatan Home Visit.
8.       Mengidentifikasi masalah yang ditemukan dan merumuskan solusi.
9.       Melaporkan kepada rekan guru sejawat dan atasan atas hasil Home Visit.
10.   
Mengevaluasi hasil tindakan untuk perbaikan selanjutnya.

 

C.    Hasil Aksi Nyata

Setelah melakukan tindakan home visit  melakukan tatap muka dengan murid dan orang tuanya lalu melakukan wawancara, penulis menemukan beberapa faktor penyebab murid yang teridentifikasi belum aktif dalam pembelajaran jarak jauh. Salah satu faktor yang banyak dialami oleh murid dan orang tua adalah faktor sarana prasarana dan rasa bosan dengan belajar daring. Faktor sarana prasarana yang dimaksud disini yaitu mereka tidak memiliki handphone untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring sehingga merasa kebingungan, dan menanti pihak sekolah ikut mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut.

Kendala lainnya adalah guru dituntut aktif untuk memotivasi murid agar turut aktif dalam PJJ. Konsep PJJ yang medianya adalah gawai dan harus tersambung dalam jaringan, menjadi masalah yang kompleks dalam penerapannya. Kalangan murid di sekolah yang tergolong menengah ke bawah, tidak semua memiliki telepon pintar. Ada murid yang memiliki telepon pintar, tetapi ia tidak memiliki kuota. Ada murid yang memiliki telepon pintar, tetapi digunakannya bersama dengan orang tua. Bahkan ada murid yang tidak sama sekali tidak memiliki telepon pintar.

Bagi seorang murid yang tidak punya kuota internet akan menjadi salah satu alasan untuk ia tidak mengikuti PJJ. Ditambah lagi, apabila karakter murid itu dalam pembelajaran yang normal, sering tidak masuk kelas dan tidak pernah mengikuti pelajaran dengan baik. Bagi murid yang selalu punya antusias dalam belajar, namun lemah dalam mata pelajaran tertentu, tentu ini menjadi masalah besar untuk dirinya. Sebab mereka akan kesulitan mencerna materi secara mandiri, tanpa ada penjelasan langsung dari gurunya.

Setelah melakukan komunikasi efektif dengan murid dan orang tua terlihat secara jelas bagaimana harapan mereka dengan kehadiran guru dirumah. Mereka awalnya merasa kaget dan kemudian seketika berubah menjadi canda dengan penuh senyuman dari wajah si murid dan orang tua. Selama melakukan komunikasi, penulis berusaha terlebih dahulu mengenal potensi positif dari murid dan orang tua. Penulis menanyakan hal-hal yang mereka lakukan selama dirumah. Mulai dari kebiasaan, hobi dan rencana mereka ke depannya. Untuk persoalan ketertinggalan belajar mereka, penulis membiarkan murid yang memilih apa yang harus mereka lakukan, bagaimana mereka lakukan dan bagaimana cara mereka memperoleh sumber belajarnya. Penulis juga membagikan cerita positif dengan siswa secara menyeluruh seperti cerita pengalaman pribadi penulis yang sempat mengalami keterbatasan dalam pendidikan namun semangat dan keyakinan yang kuat dari dalam diri penulis sehingga ingin menjadi luar biasa.

            Setiap murid yang penulis kunjungi, masing-masing memiliki keunikannya tersendiri misalnya murid kelas 9 ini memiliki kepribadian yang pendiam, santun dan mempunyai ketertarikan terhadap mesin-mesin otomotif maupun pertanian. Murid kelas 8 yang penulis kunjungi memiliki kebiasaan bermain dan membantu orang tuanya saat bekerja. Berbeda pula dengan murid kelas kelas 7 yang satu lagi, selain bermain dia juga tertarik melakukan pekerjaan orang dewasa disekitarnya serta punya kelebihan dalam menggambar animasi dan memiliki kebutuhan khusus yang tidak semua guru tahu bagaimana menghadapinya.  Sadar akan kelebihan mereka semua, penulis berusaha memberikan bimbingan dalam menumbuhkan motivasi dari dalam diri mereka melalui setiap keunikan mereka dengan menyampingkan hal negatif.

Penulis mengajak mereka berkomunikasi tentang harapan dan impian mereka ke depannya. Bercerita tentang cita-cita mereka, bagaimana cara menggapainya dan apa yang harus mereka lakukan di saat sekarang ini. Hasilnya sangat luar biasa, penulis merasakan hubungan kedekatan mereka yang ditandai dengan keterbukaan mereka dalam mengungkapkan segala harapan dan pikirannya. Mereka mulai semangat belajar dengan cara mereka sendiri dan berusaha untuk belajar mandiri dan sudah mulai ikut belajar daring serta mengumpulkan tugas mereka. Mereka juga sudah mulai merefleksikan dari proses  belajarnya yang dibuktikan dengan tulisan refleksi tentang apa yang telah mereka pelajari secara mandiri.

 

D.    Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan

Kegagalan :

1.      Ada beberapa murid yang tidak berada di tempat tinggalnya pada waktu home visit .

2.     Kurangnya koordinasi guru dan wali kelas dalam mengidentifikasi murid yang belum aktif belajar.

3.     Penulis  menghadapi kondisi murid yang berbeda-beda sedangkan komunikasi masih terbatas dengan orang tua dan murid.

Keberhasilan :

1.     Murid yang telah dikunjungi mengalami perubahan utamanya mereka sudah mulai ikut dalam pembelajaran daring maupun belajar secara mandiri.

2.      Keluarga mulai menunjukkan peran sertanya dalam mendampingi anak dalam belajar.

3.      Murid mulai percaya diri dengan kelebihan mereka.

E.     Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

1.  Guru sebaiknya mengatur jadwal home visit dan melakukan komunikasi dengan keluarga murid sehari sebelumnya.

2.     Guru sebaiknya membekali kemampuan komunikasi efektif dan positif.

3.  Penumbuhan motivasi instrinsik sebaiknya diberikan kepada murid pada awal semester secara berkala.

4.    Tindakan ini sebaiknya melibatkan warga sekolah lainnya agar proses ini dapat berjalan cepat dan merata. 

F.     Kesimpulan

Melalui tindakan Home visit dalam menumbuhkan motivasi instrinsik  murid dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.     Setelah di home visit terjadi perubahan dari murid dengan ditandai semangat belajar mereka kembali pada pembelajaran daring dan secara mandiri.

2.      Murid dan orang tua mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan yang akan datang.

3.       Murid merasa senang ketika gurunya datang menyapanya di rumah.

 

G.    Dokumentasi Proses Dan Hasil Pelaksanaan

1.    Foto-foto pelaksanaan Home Visit



2.    Foto penyampaian hasil home visit kepada guru